liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Bulan, satelit alami Bumi.

Sabtu, 31 Desember 2022 – 15:36 WIB

VIVA Techno – Sebuah analisis baru dari debu yang dikumpulkan dari Bulan menunjukkan bahwa air yang terikat ke permukaan satelit alami Bumi mungkin berasal dari Matahari.

Lebih khusus lagi, ini mungkin hasil dari pengeboman ion hidrogen dari angin matahari yang menghantam permukaan Bulan, menyebabkannya berinteraksi dengan oksida mineral dan mengikat oksigen yang dibebaskan.

Hasilnya adalah air mungkin bersembunyi di regolith bulan dalam jumlah besar di garis lintang tengah dan tinggi, menurut situs Science Alert, Sabtu, 31 Desember 2022.

Ini berimplikasi pada pemahaman kita tentang sumber dan distribusi air di Bulan, dan bahkan mungkin relevan dengan pemahaman kita tentang asal usul air di Bumi.

Bulan terlihat seperti bola debu yang relatif kering, tetapi penelitian baru menemukan ada lebih banyak air di sana daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Cairan tersebut tidak mengapung di danau dan laguna, tetapi terikat di regolith bulan yang mungkin bersembunyi sebagai es di kawah gelap abadi dan diasingkan dalam bongkahan kaca vulkanik.

Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, seperti berapa banyak air sebenarnya? Bagaimana pendistribusiannya? Dan dari mana mereka berasal? Pertanyaan terakhir ini mungkin memiliki banyak jawaban.

Halaman selanjutnya

Beberapa di antaranya bisa berasal dari dampak asteroid dan beberapa dari Bumi. Namun salah satu sumber yang terlintas dalam pikiran adalah ketika membayangkan awan hujan kosmik.