Senin, 27 Maret 2023 – 21:07 WIB
VIVA Techno – Terjadinya kejahatan dunia maya yang sedang berlangsung diyakini telah membuat bisnis dan organisasi terpapar ancaman seperti malware, ransomware, dan pelanggaran data yang dapat menyebabkan kerugian yang signifikan.
Dalam kasus terbaru, Hacker Bjorka menjual 19 juta data yang diduga milik BPJS Ketenagakerjaan di BreachForums pada 12 Maret lalu.
Dalam forum tersebut, data yang diduga diretas Bjorka antara lain Nomor Induk Kependudukan (NIK), nama, email, nomor ponsel, alamat, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, dan pekerjaan.
Berdasarkan publikasi yang dirilis oleh Verizon, 96 persen kasus peretasan data dimotivasi oleh motif finansial pribadi.
Sementara itu, 3 persen kasus peretasan data dimotivasi oleh protes. Kemudian, 2 persen kasus peretasan data dilatarbelakangi untuk mencari kesenangan, memuaskan rasa ingin tahu, dan menjadi kebanggaan bagi pelakunya sendiri.
Selain itu, peretasan juga dipicu dendam dengan perusahaan tertentu. Inilah yang terjadi dalam satu persen kasus peretasan data.
Publikasi itu juga menyebutkan ada 5.212 kasus kebocoran data yang dialami berbagai industri di dunia sepanjang 2021.
Halaman selanjutnya
Industri keuangan mengalami kebocoran data terbanyak, dengan 690 kasus. Kemudian ada industri profesional yang akan mengalami 681 kasus kebocoran data di tahun 2021. Kemudian, industri kesehatan akan mengalami 571 kasus kebocoran data.